pertiwiSumber: Trias Politika, 01-15 Oktober 2014

Teknologi dan lahan penelitian milik putra daerah malah ada yang lebih hebat ketimbang asing. Lantas dibombardir, seolah-olah asing yang hebat, nasional dibawah standar. Isu disebarkan untuk menguasai pasar. Padahal mutu benih nasional tidak kalah dari asing.

Benih Pertiwi, merek dagang PT. Agri Makmur Pertiwi, perusahaan swasta nasional yang sudah melepas sejumlah varietas unggul. Junaidi Sungkono, pimpinan PT. Agri Makmur Pertiwi, sudah benar-benar memahami usaha perbenihan lantaran Indonesia negara agraris, dimana mayoritas penduduk hidup disektor pertanian.

Jadi sewajarnya membangun pertanian berarti mengangkat potensi ekonomi mayoritas. “Petani sejahtera bangsa makmur.” kata Junaidi. Beranjak dari pandangan tersebut, Junaidi menekankan perlunya putra bangsa terus meningkatkan kemampuan mengolah pertanian, sehingga terwujud kemandirian pangan yang lestari.

Junaidi mengungkapkan, bicara tentang pertanian, benih merupakan komponen yang sangat strategis dan mendasar. Semua negara yang pertaniannya maju didukung perbenihan yang unggul. Studi mengungkapkan, benih menentukan 60% keberhasilan dan kegagalan usaha tani. Berangkat dari hasil studi tersebut, Junaidi berupaya kuat menghadirkan varietas-varietas yang tahan hama dan penyakit, mutu dan produktivitas tinggi, cocok pada iklim tropis, citarasa memenuhi selera konsumen, dan harga bisa dijangkau mayoritas petani.

Pertiwi mengembangkan sistem dan usaha perbenihan yang berdaya saing, berkesinambungan, merakyat dan produk menyebar ke penjuru daerah. Pertiwi membangun kerja sama dengan para petani yang mengusung semangat saling menguntungkan.

Mereka menyadari, ketersediaan benih bermutu sangat strategis, karena menjadi tumpuan utama mencapai keberhasilan usaha tani. Junaidi dengan nada optimis meyakinkan bahwa Pertiwi menyeleksi benih terbaik menjadi yang terbaik, karena kesalahan memilih benih bisa berakibat fatal.

“Kalau salah memilih benih kelapa sawit, misalnya, bisa menderita selama 25 tahun. Tanaman pangan dampaknya hitungan bulan. Jadi kita tidak boleh main-main dengan penyediaan benih,” kata Junaidi kepada Trias Politika ketika berkunjung ke Pabrik Pertiwi, Kediri, Jawa Timur.

Juanidi mengingatkan, Industri benih bersifat cari untung (profit oriented), dunia usaha sebagai pemegang peran utama dan fasilitatornya pemerintah. Lama menekui usaha perbenihan, Junaidi tidak ingin mengecewakan petani pengguna benih. Dia tidak ingin petani kecewa, karena dampaknya mereka bisa meninggalkan produknya.

Benih unggul bisa jadi solusi persoalan lahan pertanian yang terus menyempit akibat alih fungsi lahan untuk pembangunan sektor lain, seperti: pemukiman, industri dan infrastruktur. Berkurangnya lahan pertanian produktif plus anomali iklim akibat pemanasan global menyebabkan berkurangnya pasokan pangan, akibatnya harga pangan terus meningkat.

Indonesia mengantisipasi kondisi tersebut dengan mencanangkan program surplus beras 10 juta ton, swasembada kedelai dan swasembada jagung berkelanjutan. Target tersebut bisa dicapai dengan menggunakan benih unggul, antara lain. Sebab, penggunaan benih unggul dapat menaikkan mutu dan jumlah produksi.

Hasil panen padi rata-rata di tanah air berkisar 4-5 ton per HA, hanya bisa ditingkatkan dengan menggunakan benih unggul. Misalnya, benih padi unggul Pak Tiwi-1 bisa mencapai sekitar 8 ton per Ha. Selain benih, kerja sama dan sinergitas di antara pemangku kepentingan diperlukan untuk meningkatkan produksi pangan yang bergizi dan berkelanjutan. Tujuan akhirnya, memenuhi pangan nasional yang berkontribusi pada pemenuhan pangan dunia.

BACA LAINNYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your name. Please enter an valid email address. Please enter message.