BENIHPERTIWI.CO.ID – Secara alami tanaman tumbuh di tanah, karena tanah berfungsi sebagai pegangan akar sekaligus sumber nutrisi dan mineral yang dibutuhkan tanaman. Oleh sebab itu kegiatan budidaya tanaman umumnya juga menggunakan media tanah.

Seiring perkembangan teknologi budidaya, kemudian ditemukanlah teknologi budidaya tanpa tanah yang lebih populer dengan istilah hidroponik. Teknik budidaya tanpa tanah diyakini sudah digunakan sejak tahun 1627 sebagaimana ditulis dalam buku Sylva Sylvarum karangan Francis Bacon pada tahun 1628. Sedangkan istilah hidroponik baru mulai dikenalkan pada tahun 1929 oleh William Frederick Gericke.

Hidroponik berasal dari kata hidro yang berarti air dan ponos yang berarti kerja atau budidaya. Artinya hidroponik merupakan teknik budidaya yang menggunakan media air.

Hidroponik tidak lagi membutuhkan tanah sebagai tempat tumbuh akar. Fungsi tanah untuk memegang akar digantikan oleh media lainnya seperti rockwoll, arang sekam, hydroton, spon, sterofoam dll (tergantung teknik hidroponik yang digunakan). Sedangkan asupan nutrisi dan mineral diberikan melalui larutan nutrisi yang dilarutkan bersama air yang secara kontinu membasahi akar.

Beberapa teknik hidroponik yang bisa digunakan untuk skala hobiis hingga komersiil adalah sebagai berikut :

1. Sistem NFT

Sistem NFT merupakan singkatan dari Nutrient Film Technique, yaitu salah satu teknik budidaya tanpa tanah dengan mengalirkan air setipis film melewati akar tanaman, oleh sebab itu teknik ini disebut film technique. Dasar dari teknik ini adalah kandungan oksigen tertinggi berada pada lapisan air bagian atas. Sehingga dengan teknik ini akar bisa mendapat asupan oksigen dari permukaan air yang mengalir tipis tersebut.

Alur sistem kerja dari NFT secara sederhana bisa dijelaskan dengan gambar dibawah ini.

Dalam NFT tanaman ditanam langsung diatas air larutan nutrisi yang mengalir tipis. Untuk tempat tegakan digunakan sterofoam dan netpot sebagai pegangan akar. Agar air dapat mengalir tipis, tentu membutuhkan wadah yang datar, oleh sebab itu sistem NFT ini bisa menggunakan talang air yang mempunyai permukaan bawah datar seperti gambar diatas.

Talang air tersebut dipasang miring dengan sudut tertentu agar air bisa mengalir dengan tepat. Dibawah talang air tersebut dihubungkan langsung dengan bak penampung larutan nutrisi. Kemudian dari bak ini dipompa naik kembali ke atas untuk dialirkan melewati akar-akar tanaman. Demikian terus siklus larutan mengalir selama 24 jama dari awal tanam hingga panen.

Listrik merupakan komponen penting untuk sistem NFT ini karena harus selalu menyala 24 jam. Jika terjadi pemadaman listrik selama berjam-jam bisa mengakibatkan tanaman mati karena kekeringan. Namun demikian sistem NFT ini jika dibandingkan teknik lainnya lebih hemat penggunakan larutan nutrisi selain itu juga dapat disusun secara vertical sehingga dapat menghemat tempat.

2. Sistem DFT

Instalasi perlengkapan sistem DFT hampir sama dengan sistem NFT, namun ada sedikit berbeda terutama dalam penggunaan talang air. Jika pada NFT harus menggunakan talang dengan dasar datar, maka untuk sistem DFT bisa menggunakan talang datar atau juga talang dengan bagian bawah cekung (seperti paralon pvc).

Prinsipnya adalah akar terendam sekaligus larutan nutrisi bisa mengalir keluar. Dengan sistem ini kelemahan NFT ketika listrik mati bisa diatasi dengan sistem DFT. Karena ketika listrik padam dan aliran larutan nutrisi terhenti mengalir, tanaman akan aman karena larutan masih tersisa pada bagian cekungan talang. Kuncinya adalah pada lubang pengeluaran air pada ujung talang bisa dipasang lebih tinggi dari permukaan dasar talang. Sehingga air masih bisa mengendap di bagian bawah lubang pengeluaran. Alur DFT bisa dipelajari dari gambar dibawah ini.

Pemasangan talang DFT bisa diposisikan sejajar atau sedikit miring agar air bisa mengendap, berbeda dengan NFT yang harus miring dan air tidak ada yang mengendap. Untuk proses pengaliran nutrisi sama dengan NFT yang menggunakan pompa air untuk menaikkan air ke atas.

3. Sistem rakit apung

Sistem ini tidak banyak menggunakan listrik seperti sistem NFT dan DFT. Listrik digunakan hanya untuk aerator atau sirkulasi udara dalam larutan. Seperti namanya, prinsip teknik ini adalah merendam tanaman diatas larutan nutrisi. Agar tanaman tidak busuk terendam, bagian yang hanya boleh terendam adalah akar hingga pangkal tanaman.

Penggunaan secara komersiil bisa menggunakan bak atau kolam semen yang diisi larutan nutrisi, kemudian bibit bisa ditanam langsung diatas sterofoam yang sudah dilubangi dengan jarak tanam tertentu. Sterofoam berfungsi untuk menopang bagian tanaman agar tidak terendam semua dalam air.

Secara sederhana, teknik ini terlihat seperti tanaman sedang menggunakan pelampung sambil berendam diatas air. Teknik ini sangat tepat untuk budidaya sayur daun yang berumur singkat sekitar satu bulan atau kurang. Namun demikian, melihat ukuran besarnya kolam maka jumlah larutan yang harus disiapkan juga lebih banyak.

4. Sistem Drip

Kelemahan sistem NFT, DFT dan Rakit Apung adalah perkembangan penyakit yang bisa mudah menular lewat aliran air. Namun kelemahan tersebut bisa diatasi menggunakan sistem drip.

Drip menyalurkan larutan langsung ke tiap tanaman, tanpa ada siklus perputaran larutan antar tanaman. Sehingga sistem drip ini relatif lebih aman dalam hal penularan penyakit.

Sistem drip sangat cocok untuk tanaman dengan umur panen lebih dari dua bulan seperti tomat, cabai, terong, paprika dll. Sistem ini juga dapat menghemat pengeluaran nutrisi karena proses pengeluarannya diberikan sedikit demi sedikit secara kontinu.

Sebagai pegangan tanaman ditanam didalam pot dengan media selain tanah, seperti hidroton, arang sekam, sabut kelapa atau rockwol. Air mengalir dari bak penampungan larutan nutrisi kemudian dialirakan melalui selang induk dan selang drip, diujung selang drip ada stake yang mengeluarkan larutan berupa tetesan.

5. Sistem Aeroponik

Prinsip sistem ini adalah membahasahi akar tanaman secara langsung dengan cara disemprot atau dikabutkan. Aeroponik membutuhkan listrik secara kontinu. Namun kelebihannya, tanaman bisa disusun secara vertical sehingga sangat membantu dalam meningkatkan kapasitas produksi.

Pada ilustrasi dibawah ini menggunakan contoh semprotan dari nozzle (corong keluarnya air) atas dan nozzle bawah.

6. Sistem Sumbu (Wick System)

Sistem ini sangat sederhana dan bisa dicoba dirumah. Prinsip utamanya adalah mengalirkan larutan melalui sumbu (bisa berupa kain, flanel atau kapas) sehingga larutan bisa merembes naik keatas membasahi akar.

 

BACA LAINNYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your name. Please enter an valid email address. Please enter message.