risetSumber: Sinar Tani, Edisi 5-11 November 2014, No. 3501. Tahun XIV

[quote style=’1′ cite=” title=”]Perusahaan benih dalam negeri yang berbasis riset masih sangat minim. Kebanyakan justru sebatas sebagai penangkar. Karena itu pemerintah akan mendorong agar perusahaan benih mempunyai riset.[/quote]

Bambang Budhianto, Direktur Perbenihan Tanaman Pangan, Ditjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian mengatakan, banyak perusahaan yang hanya menjadi penangkar benih bukan berbasis riset. Bahkan hampir 90 persen benih padi unggul justru hasil riset Litbang pemerintah.

“Kedepan harus dikembangkan perusahaan yang mempunyai riset. Jadi yang dijual keunggulan teknologi. Kita akan dorong perusahaan yang seperti ini (PT. Agri Makmur Pertiwi),” katanya saat Panen Raya Padi Pak Tiwi-1 di Tulung Agung, Jawa Timur. Menurutnya, bentuk dukungan pemerintah adalah memberikan fasilitas, seperti sertifikasi benih.

Sementara itu Junaidi Sungkono, Direktur Utama PT. Agri Makmur Pertiwi mengatakan benih padi Pak Tiwi-1 memiliki banyak keunggulan. Misalnya jumlah anakan produktif antara 17-25. Rata-rata produktivitasnya mencapai 8 ton/ha dengan potensi hasil 11 ton/ha Gabah Kering Giling (GKG), bentuk gabah gabah ramping memanjang, dapat dipanen umur 110-115 Hari Setelah Tanam (HST).

Kelebihan lainnya, yakni tahan hama wereng, toleran terhadap viru tungro, rendemen beras mencapai 69%. Nasi pulen dengan rasa enak. Dapat dipindah tanam pada umur 18-21 hari setelah semai dengan 1-2 bibit per lubang tanam, aman dari serangan burung. Benih ini juga cocok ditanam pada ketinggian 0-600 mdpl.

Pailan, perwakilan dari Kelompok Tani Ngudi Makmur, Desa Kiping, Kecamatan Gondang, Tulung Agung, Jawa Timur mengakui keunggulan benih padi Pak Tiwi 1 tersebut.

Dari hasil uju coba penanaman benih padi Pak Tiwi-1 di Kelompok Tani Sri Asih, Desa Ngrendeng, Kecamatan Gondang, Tulung Agung juga terbukti tahan hama wereng. Karidi, Ketua Kelompok Tani Sri Asih mengatakan, sudah tiga musim tanam, padi milik petani kerap terserang hama wereng coklat. Tapi dengan Pak Tiwi-1 bisa bertahan dan panen.

Mengenai hasilnya, Karidi menjelaskan, petani biasanya penananman dengan tiga sistem yakni Tegel, System of Rice Intensification (SRI) dan Jajar Legowo. Sistem Tegel dengan jarak tanam 25×25 menghasilkan produksi 9.03 ton/ha, sistem tanam SRI dengan tanam 30 x 30 menghasilkan 11.9 ton/ha, sedangkan dengan sistem Jajar Legowo 20x20x40 menghasilkan 11.4 ton/ha.

BACA LAINNYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your name. Please enter an valid email address. Please enter message.