hps-boyolali

Presiden RI Joko Widodo saat Berkunjung ke Stand Benih Pertiwi

BENIHPERTIWI.CO.ID –  Pameran Hari Pangan Sedunia ke XXXVI, di Boyolali, Jawa Tengah pada tanggal 28-30 Oktober 2016 lalu, membawa tema Membangun Kedaulatan Pangan Di Era Perubahan Iklim.

Dalam sambutan pembukaan, sesuai dengan tema acara, Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyinggung tentang perubahan iklim yang cepat. Elnino dan la nina yang begitu cepat menuntut petani bergerak lebih cepat dari perubahan iklim itu sendiri.

Dua tahun berturut-turut Indonesia diterjang badai elnino dan lanina. 2015 elnino terbesar sepanjang sejarah menerjang dengan intensitas 2.44%, padahal elnino di 2009 hanya 1.9%. Mentan berharap tahun 2017 Indonesia sudah bebas dari ancaman perubahan iklim dan bisa meningkatkan produksi.

Mentan menegaskan bahwa pemerintah bukanlah anti impor, namun pemerintah mengimpor sesuai dengan kebutuhan bukan sesuai keinginan atau kelompok tertentu.

Hasil yang bisa dilihat di BPS bahwa tahun ini produksi 79 juta ton, naik 9 juta ton. Peningkatan tertinggi selama 10 tahun. Produksi jagung juga naik, impor turun 60%, bawang tidak impor bahkan sudah bisa ekspor.

Disamping istilah yang sudah populer sebelumnya PAJALE, padi jagung kedele. Terakhir mentan mensosialisasikan istilah baru yaitu SIWAB, Sapi Indukan Wajib Bunting. Dengan program ini diharapkan Indonesia bisa swasembada daging di tahun 2017.

Dalam acara tersebut, gelar teknologi dan demoplot dipersiapkan pada lahan seluas 100 hektar. Beraneka ragam produk pertanian ditampilkan dalam acara untuk memperingati berdirinya organisasi pangan dunia FAO tersebut, dari sektor peternakan, perikanan dan perkebunan turut hadir menampilkan karya terbaiknya.

Benih Pertiwi sendiri sebagai produsen benih pertanian, juga menampilkan aneka produk terbaik, seperti semangka kuning Passport, melon orange Nobel, jagung ketan Arumba, gambas Bidara, Waluh Red Lampion, terong Pertiwi, gambas Ganesha, kacang panjang Pertiwi dan Jagung Pertiwi-6.

Bahkan saat presiden Joko Widodo berkunjung ke stand Benih Pertiwi, tampak kaget saat dijelaskan oleh bagian marketing Benih Pertiwi, Nana Laksana, terkait produktivitas jagung Pertiwi mencapai 11 ton pipil kering. Padahal rata-rata produktivitas nasional hanya 4-5 ton per hektar. Nana Laksana meyakinkan, Indonesia tidak perlu impor jagung, karena perusahaan dalam negeri seperti Benih Pertiwi bisa menghasilkan benih bermutu untuk kebutuhan nasional.

Saat presiden sedang asyik berdiskusi tentang jagung, perhatian ibu Iriana Joko Widodo mengarah ke jagung ketan Arumba yang berwarna putih. Ibu Iriana tidak segan untuk bertanya tentang jagung pulen tersebut. Kemudian nampak pula Ibu Iriana dengan antusias mengambil kemasan terong Pertiwi dan ditunjukkan ke ibu-ibu yang mendampingi.

BACA LAINNYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your name. Please enter an valid email address. Please enter message.