jagung-pertiwi-3-2-copy

Ilustasi : Panen Jagung (Foto : Yusmanto)

BENIHPERTIWI.CO.ID – Prediksi dari  Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), peristiwa La Nina kemungkinan terjadi di akhir Agustus atau September 2016 dan akan berlangsung sampai dengan kuartal terakhir 2016. La Nina akan menyebabkan cuaca lebih basah dari biasanya.

BMKG memperkirakan musim “kemarau basah” akan berlangsung sampai dengan bulan September di sebagian besar wilayah Indonesia. Pulau Jawa, Sulawesi bagian timur, Papua bagian tengah, serta Kalimantan dan Sumatera bagian selatan diprediksi akan mengalami kenaikan curah hujan (mencapai 200 persen).

Perubahan cuaca ini akan menyebabkan perubahan pola tanam di daerah. Waktu dan volume panen bisa berubah menyesuaikan perubahan cuaca yang terjadi. Menurut pengalaman la Nina sebelumnya, pengaruh la Nina negatif terjadi pada beberapa tempat, namun pengaruh positif juga terjadi pada tempat lainnya. Hal ini membuat pengaruh cuaca sulit diprediksi untuk ketahanan pangan.

Seperti pada La Nina sebelumnya, terjadi penurunan produksi jagung nasional pada tahun 2011 sebesar 6 persen dibandingkan dengan 2010. Curah hujan tinggi mengakibatkan luas tanam yang lebih sedikit, lebih dari 10 persen pengurangan luas tanam. Serangan wabah hama penyakit turut menjadi penyebab utama rendahnya tingkat produksi di tahun 2011.

Dikutip dari laman pertanian.go.id, Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Lingkungan, Mukti Sardjono mengatakan, Indonesia perlu melakukan berbagai upaya baik mitigasi maupun adaptasi terhadap terjadinya perubahan iklim dan kenaikan suhu bumi. Karena hal ini dapat mempengaruhi sektor pertanian, seperti degradasi sumber daya lahan pertanian dan kegagalan produksi pertanian. Selain itu fragmentasi lahan pertanian dan konversi fungsi lahan juga menambah beban dalam menjaga produktivitas pangan.

Oleh sebab itu, untuk menyikapi fenomena perubahan iklim dalam dua tahun terakhir ini, Kementerian Pertanian telah menyelesaikan beberapa permasalahan klasik selama bertahun-tahun terkait upaya swasembada komoditas padi, jagung dan kedelai melalui perbaikan irigasi, subsidi pupuk, penyediaan benih, alsintan dan penyuluhan.

Berdasarkan data yang di rilis Badan Pusat Statistik (BPS), produksi padi tahun 2015 mencapai 75,4 juta ton GKG atau naik 4,01% dibandingkan tahun 2014. Naiknya produksi tersebut karena adanya peningkatan areal sekitar 320 ribu ha dan peningkatan produktivitas sekitar 2,06 kuintal/ha atau sekitar 4,01%.

BACA LAINNYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your name. Please enter an valid email address. Please enter message.